MENGIKUTI
SEMINAR MODAL NEKAT JADI PENGUSAHA
Bob
Sadino: Saya Buat Usaha Untuk Rugi
FARIDA/SUMUT POS
MOTIVASI: Pengusaha
nasional Bob Sadino saat berbicara di depan peserta seminar di Hotel Madani.
Untuk menjadi
enterpreneur diperlukan tekad yang kuat serta keberanian mengambil peluang.
Kegagalan dan kendala pasti banyak dihadapi. Kegagalan adalah augerah. Kalimat
ini dikemukan pengusaha nasional Bob Sadino saat berbagi pengalaman di Medan,
kemarin.
Farida Noris, Medan
Ya, dengan gayanya
yang nyentrik, pola pikirnya yang unik dan cenderung terbalik, Bob Sadino mampu
mencairkan suasana Seminar Enterpreneur Tergila 2012 “Modal Nekat Menjadi
Pengusaha”, Kamis (12/4) siang. Seminar yang digelar di Hotel Madani itu
dihadiri ratusan peserta yang mayoritas wirausahawan muda dan pegawai yang
mencoba berwirausaha.
Tidak ada materi atau
presentasi pembukaan yang dibawakan Bob Sadino yang dikenal sebagai pengusaha
yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan itu. Tapi, Bob Sadino membuka
sesinya dengan mengajak peserta bertanya serta memberi komentar, kemudian
menjawab dan menanggapi komentar peserta tersebut dengan gayanya yang khas.
Para peserta juga
terlihat antusias mendengarkan pengalaman Bob Sadino, yang selama empat dekade
ini berhasil mengenalkan telur dan ayam ras Eropa di Indonesia. “Saya tidak
berpikir seperti orang sekolah kalau usaha untuk untung tapi saya buat usaha
untuk rugi,” ungkap Bob Sadino yang mendapat tepuk tangan dari seluruh peserta.
Bahkan, Bob Sadino
yang saat itu tampil mengenakan kemeja lengan pendek berwarna putih dan celana
pendek biru, membuat para peserta terpingkal dengan jalan pikiran nyeleneh yang
disampaikannya. “Saya mengambil risiko sebesar-besarnya, sebab orang yang
mengambil risiko kecil, hasilnya juga kecil. Risiko bisa apa saja. Tapi
kewajiban kita mengubah risiko menjadi uang,” ucapnya lagi.
Menurut Bob Sadino,
idealnya proseslah yang menentukan apa yang terjadi selanjutnya. Pengusaha
tidak usah punya tujuan. Semuanya butuh proses, lakukan apa yang menurut Anda
benar. Bersyukurlah dengan apapun yang Anda miliki,” ungkap Bob ketika menjawab
pertanyaaan dari salah seorang peserta.
Meski awalnya sulit
dipahami, peserta seminar yang bingung dan tidak terima dikatai goblok, lama-lama
bisa mencerna apa yang disampaikan Bob. “Berpikirlah yang benar, ada
lingkaran-lingkaran yang menunjukkan tipe-tipe otak, lingkaran pertama terpatok
pada 2X2 adalah 4, lingkaraan kedua 2X2 jawaban semau saya, dan lingkaran
ketiga kosong, maka tulislah dengan iman dan takwa,” ungkap Bob.
Di balik
kekonyolannya, Bob Sadino juga memberikan beberapa resep menjadi pengusaha di
antaranya berpikir bebas dan tanpa beban. Bob juga menceritakan pengalamannya
dalam memulai bisnis. “Orang-orang yang membantu usaha saya, bukanlah mereka
yang berasal dari kalangan yang berpendidikan tinggi, tapi dari anak jalanan.
Saya hanya tamatan SMA, tidak pernah kuliah. Di sekolah orang membaca buku.
Buku sifatnya hanya informasi yang tak ubahnya roti busuk. Jadi orang yang sekolah
tinggi, isinya hanya sampah. Terkecuali sampah itu diolah menjadi pupuk yang
subur,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah dari para peserta.
Pada seminar itu, Bob
juga berpesan agar para peserta jangan takut dan terlalu berharap. Sebab makin
tinggi harapan, maka makin tinggi pula tingkat kekecewaan. “Lepaskan belenggu
dalam pikiran kita sendiri. Ada berjuta peluang di sekeliling kita. Santai
saja, hilangkan semua beban, tetap berkomitmen dan pantang menyerah serta
selalu belajar pada yang lebih pintar, jangan lupa bersyukur,” tegasnya.
Sementara, Direktur
Bank Sumut, Gus Irawan mengungkapkan menjadi wirausaha adalah pilihan tepat
karena riski dari berwirausaha itu lebih banyak, walaupun rugi tapi bisa dicoba
terus karena seseorang yang rugi dalam berwirausaha tidak akan mati. “Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa, Rasulullah pernah bersabda ‘sembilan dari
sepuluh pintu rezeki adalah dengan berwirausaha’, urainya.
Gus juga berpesan agar
anak muda didik dengan cara merangsangnya untuk menjadi pemilik usaha, serta
menumbuhkan kemauan, tekad yang bulat dan komitmen. “Beranilah mengambil
peluang dan tahan banting. Jangan menelan sampah dari sekolah sekedar tahu saja
tapi tidak diimplementasikan,” ungkapnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar